12 Kontroversi Piala Dunia dari Masa ke Masa

Kontroversi Piala Dunia

Kontroversi Piala Dunia – Piala Dunia, pagelaran terbesar di olahraga sepak bola ini memang selalu membawa cerita menarik yang kalo di bahas gak pernah akan ada habisnya. 

Dari mulai gol-gol cantik dan juga assist yang indah dari para atlet bintang 5 sepak bola, sampai kontroversi-kontroversi yang juga ikut mewarnai pagelaran sepak bola yang diselenggarakan 4 tahunan ini. 

Siapa yang bisa lupa sama kejadian di Piala Dunia 2002 dimana Italia yang di penuhi oleh monster-monster sepak bola di masa nya harus pulang di tangan Korea Selatan di babak 16 besar lalu karena beberapa keputusan wasit yang rada nyeleneh. 

Selain itu, kita juga pasti tahu sama kejadian “Tangan Tuhan” Diego Maradona saat Argentina melawan Inggris di perempat final Piala Dunia 1986. 

Nah, dengan banyaknya kontroversi yang terjadi di pagelaran ini, kita udah ngerangkum beberapa kontroversi Piala Dunia dari masa ke masa yang pastinya seru banget untuk kita ulik. 

Yuk, simak bersama ulasannya!

Kontroversi Piala Dunia yang Paling Menghebohkan

1. Piala Dunia 1934

Kontroversi Piala Dunia sudah muncul sejak edisi kedua turnamen ini pada tahun 1934, ketika juara bertahan Uruguay memutuskan untuk memboikot turnamen yang diadakan di Italia.

Keputusan ini muncul karena ketidakpuasan Uruguay atas penyelenggaraan Piala Dunia 1930. Saat itu, hanya sedikit tim Eropa yang hadir di Uruguay, sehingga Uruguay merasa kemenangan mereka tidak dihargai secara internasional. 

Sebagai bentuk protes, Uruguay memilih untuk tidak melakukan perjalanan ke Eropa demi mempertahankan gelarnya. 

Akibatnya, Uruguay menjadi satu-satunya juara Piala Dunia yang gagal mempertahankan gelar mereka karena memilih untuk absen. Keputusan ini menjadi awal dari sejarah panjang kontroversi politik dalam Piala Dunia.

2. Piala Dunia 1938

Piala Dunia 1938 juga penuh kontroversi karena unsur politik yang sangat kental. Benito Mussolini, diktator Italia, melihat bagaimana Adolf Hitler berhasil memanfaatkan Olimpiade Berlin 1936 untuk propaganda, dan ia memutuskan untuk melakukan hal yang sama melalui Piala Dunia 1938 di Prancis. 

Tim Italia turun dengan seragam serba hitam, simbol dari rezim fasis, dan pelatih Vittorio Pozzo menerapkan gaya latihan militeristik yang ekstrem. 

Kehadiran tim Italia ini memicu protes anti-fasis di berbagai kota di Eropa, karena banyak pihak merasa olahraga seharusnya bebas dari politik. 

Meski Italia berhasil juara, kontroversi ini tetap menjadi catatan penting tentang bagaimana Piala Dunia bisa dimanfaatkan sebagai alat politik.

3. Piala Dunia 1962

Salah satu pertandingan paling brutal dalam sejarah Piala Dunia terjadi pada edisi 1962 ketika Italia menghadapi tuan rumah Chile. 

Ketegangan sudah muncul sebelum pertandingan karena media Italia menyebut Santiago, ibu kota Chile, sebagai kota “sampah” akibat gempa hebat yang belum lama terjadi. 

Di lapangan, kedua tim bertanding dengan agresivitas tinggi sejak detik pertama. Pelanggaran demi pelanggaran terjadi, dan beberapa duel fisik berubah menjadi perkelahian terbuka. 

Polisi harus turun tangan untuk menenangkan para pemain, namun wasit Ken Ashton hanya mengeluarkan dua kartu merah, keduanya untuk pemain Italia. 

Italia kalah 0-2, dan pertandingan ini menjadi salah satu simbol betapa kontroversialnya turnamen ini bisa berjalan, bahkan sampai menimbulkan debat sengit tentang kewajaran keputusan wasit.

4. Kontroversi Piala Dunia 1966

Piala Dunia 1966 diwarnai salah satu gol paling kontroversial sepanjang sejarah. Pada babak final, Inggris menghadapi Jerman Barat, dan pertandingan sempat imbang 2-2 hingga babak tambahan waktu. 

Pada menit ke-101, striker Inggris Geoff Hurst melepaskan tembakan yang membentur mistar, memantul ke bawah, dan keluar gawang. 

Wasit asal Swiss, Gottfried Dienst, sempat ragu apakah bola sudah melewati garis, namun hakim garis dari Uni Soviet, Tofik Bakhramov, menyatakan gol sah. 

Inggris akhirnya menang 4-2. Gol ini tetap menjadi bahan perdebatan hingga saat ini, dan muncul legenda “kutukan Jerman” karena setelah itu Jerman Barat baru juara lagi bertahun-tahun kemudian. 

Selain itu, edisi ini juga diwarnai boikot besar dari negara-negara Afrika. Sebanyak 31 negara menolak bermain karena merasa tidak diperlakukan adil, menuntut satu tempat otomatis untuk perwakilan Afrika.

5. Piala Dunia 1978

Piala Dunia 1978 menjadi sorotan besar karena konteks politiknya. Argentina saat itu diperintah oleh junta militer yang dikenal kejam di bawah Jorge Rafael Videla. 

Ada seruan boikot internasional dari berbagai pihak, termasuk kelompok-kelompok eksil Argentina, sebagai protes terhadap pelanggaran HAM. 

Namun turnamen tetap berjalan, dan Argentina berhasil juara. Edisi ini kemudian dikenal sebagai contoh “sportswashing”, yaitu penggunaan olahraga untuk menutupi masalah politik dan HAM yang serius.

6. Piala Dunia 1986

Piala Dunia 1986 adalah panggung kejayaan Diego Maradona. Namun, kontroversi terbesar muncul saat Argentina menghadapi Inggris di perempat final. 

Maradona mencetak gol menggunakan tangannya, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Gol Tangan Tuhan.” 

Wasit mengesahkan gol itu, dan Maradona baru mengaku beberapa tahun kemudian bahwa dia memang menggunakan tangannya.Kontroversi ini tidak hanya soal gol, tetapi juga soal integritas pertandingan. 

Selain itu, edisi ini juga diwarnai Saltillo Affair, di mana pemain Portugal mengancam mogok kerja karena fasilitas buruk, pembayaran yang terlambat, dan ketidakpuasan terhadap federasi mereka. 

Portugal akhirnya tersingkir di babak grup, dan kontroversi ini berdampak panjang bagi sepak bola Portugal.

7. Piala Dunia 2002

Piala Dunia 2002 adalah edisi pertama yang digelar di Asia, bersama oleh Korea Selatan dan Jepang. 

Kedua tuan rumah sempat terlibat perselisihan politik sebelum turnamen, termasuk protes di Seoul terhadap Jepang.

Namun kontroversi terbesar muncul dari keberhasilan Korea Selatan menyingkirkan tim-tim besar seperti Italia, Spanyol, dan Portugal. 

Banyak keputusan wasit yang dipertanyakan, termasuk kartu merah Fransesco Totti saat Italia menghadapi Korea Selatan. 

Totti dianggap diving, padahal jelas dirinya dilanggar. Keputusan ini menimbulkan tuduhan bahwa Korea Selatan diuntungkan sebagai tuan rumah.

8. Piala Dunia 2006

Selain insiden Zidane vs Materazzi di final, Piala Dunia 2006 juga menghadirkan kontroversi lain yang sangat langka, yaitu kesalahan wasit yang unik. 

Wasit Inggris Graham Poll memberikan tiga kartu kuning kepada pemain yang sama, Josip Simunic dari Kroasia, dalam pertandingan Kroasia vs Australia. 

Simunic mendapat kartu pertama karena melanggar Harry Kewell pada menit ke-61, kartu kedua pada menit ke-90, dan baru menerima kartu merah setelah kartu ketiga. 

Kesalahan ini menjadi sorotan besar karena menunjukkan lemahnya koordinasi antara wasit, asisten, dan pengawas pertandingan di Piala Dunia.

9. Piala Dunia 2010

Pada Piala Dunia 2010, Inggris menghadapi Jerman di babak 16 besar. Frank Lampard melepaskan tendangan jarak jauh yang melewati garis gawang Jerman. 

Namun, wasit tidak mengesahkan gol tersebut karena teknologi garis gawang dan VAR belum digunakan. Inggris akhirnya kalah dan tersingkir. 

Kontroversi ini memicu diskusi panjang di seluruh dunia tentang perlunya teknologi dalam sepak bola untuk mencegah kesalahan fatal.

10. Piala Dunia 2014 

Kontroversi Piala Dunia 2014 muncul sejak hari pertama, saat laga pembuka antara Brasil dan Kroasia. 

Wasit Jepang, Yuichi Nishimura, dianggap berat sebelah. Ia membatalkan satu gol Kroasia dan memberikan penalti kepada Brasil akibat aksi menjatuhkan diri striker Fred. 

Pemain Kroasia mengeluhkan komunikasi dengan wasit yang buruk, bahkan disebut tidak mengerti bahasa Inggris. 

Banyak pihak menilai keputusan wasit memengaruhi jalannya pertandingan dan hasil akhir turnamen.

11. Piala Dunia 2018

Piala Dunia 2018 di Rusia juga diwarnai kontroversi politik. Setelah kasus keracunan Salisbury, muncul potensi boikot, tapi tidak ada tindakan tegas. 

Namun, kelompok punk feminis Pussy Riot menyerbu lapangan saat final Prancis vs Kroasia sebagai aksi protes terhadap pelanggaran HAM di Rusia. 

Invasi lapangan berlangsung 25 detik, menarik perhatian dunia, dan menambah daftar kontroversi yang membuktikan Piala Dunia bukan hanya soal olahraga, tapi juga arena protes global.

12. Piala Dunia 2022

Piala Dunia 2022 menjadi sorotan besar karena isu HAM dan logistik. Banyak pertandingan dibatasi tayang di area publik di Eropa, ada aksi protes terhadap pemerintah Iran, dan jadwal turnamen diubah ke musim dingin, yang mengganggu kalender sepak bola global. 

Suhu panas ekstrem, infrastruktur baru yang kontroversial, dan budaya lokal yang dianggap sulit untuk turnamen internasional menambah kontroversi. 

Isu ini membuktikan bahwa Piala Dunia di Qatar lebih dari sekadar pertandingan sepak bola, tetapi juga arena debat global tentang hak asasi manusia dan etika penyelenggaraan olahraga.

Piala Dunia memang lebih dari sekadar sepak bola. Dari lapangan hijau hingga politik global, setiap edisi meninggalkan cerita kontroversial yang membekas. 

Dari “Tangan Tuhan” Maradona hingga gol Lampard yang tidak disahkan, semua momen ini membuktikan bahwa Piala Dunia selalu menjadi panggung drama global yang tak pernah kehilangan daya tariknya dan selalu membuat kita menunggu edisi berikutnya dengan penuh antisipasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *