6 Kontroversi Piala Dunia 2022

Kontroversi Piala Dunia 2022

Kontroversi Piala Dunia 2022 – Piala Dunia 2022 menjadi sejarah baru karena untuk pertama kalinya digelar di negara Timur Tengah, yaitu Qatar. 

Momen ini tentu saja disambut antusias oleh pecinta sepak bola di seluruh dunia, tapi tak bisa dipungkiri, turnamen empat tahunan ini juga menimbulkan berbagai kontroversi yang cukup hangat diperbincangkan.

Kontroversi muncul bukan hanya dari aturan-aturan unik yang diterapkan Qatar sebagai tuan rumah, tetapi juga dari kebijakan FIFA, organisasi sepak bola dunia yang memiliki pengaruh besar atas jalannya turnamen. 

Beberapa isu bahkan menimbulkan perdebatan global tentang hak asasi manusia, kebebasan berekspresi, hingga transparansi penyelenggaraan. 

Berikut ini ulasan mengenai kontroversi Piala Dunia 2022 yang wajib kamu diketahui.

Kontroversi Piala Dunia 2022 yang Bikin Heboh

1. Diboikot Selebriti Dunia

Kontroversi dan isu HAM membuat beberapa selebriti dunia memutuskan untuk membatalkan keikutsertaan mereka secara diam-diam. 

Shakira, misalnya, awalnya dijadwalkan tampil di upacara pembukaan, tapi membatalkannya pada menit terakhir. 

Menurut laporan El Programa de Ana Rosa, alasan pastinya tidak diumumkan, tetapi diperkirakan terkait dengan isu-isu kontroversial di Qatar.

Shakira sendiri sebelumnya tampil di tiga upacara pembukaan Piala Dunia, yakni pada 2006, 2010, dan 2014. 

Pembatalan ini menandai momen langka di mana kontroversi politik dan sosial memengaruhi keterlibatan artis internasional dalam acara olahraga global.

2. Kontroversi Piala Dunia 2022: Dugaan Pemalsuan Jumlah Penonton

Banyak pihak menuduh FIFA dan Qatar memalsukan angka penonton yang hadir di stadion. Misalnya, pada laga pembuka Qatar vs Ekuador di Stadion Al-Bayt, kapasitas stadion disebut 60.000 orang, tetapi FIFA mengumumkan jumlah resmi 67.372. Foto dan rekaman pertandingan menunjukkan banyak kursi kosong.

Tidak lama kemudian, kapasitas stadion diperbarui menjadi 68.895. Hal serupa terjadi di Stadion Internasional Khalifa, di mana FIFA mengumumkan 45.334 penonton pada laga Inggris vs Iran, padahal kapasitas asli hanya 40.000. 

Setelah pemeriksaan ulang, angka diperbarui menjadi 45.857. Kontroversi ini menimbulkan pertanyaan tentang transparansi data yang dirilis FIFA.

3. Larangan Penjualan Bir di Stadion

Hanya dua hari sebelum pembukaan turnamen pada 20 November 2022, FIFA mengumumkan larangan penjualan minuman beralkohol di semua stadion. 

Keputusan ini diambil setelah diskusi panjang dengan otoritas Qatar, yang memiliki aturan ketat terkait konsumsi alkohol.

Sebelumnya, Budweiser sebagai sponsor utama Piala Dunia memiliki hak eksklusif menjual bir di sekitar stadion, tiga jam sebelum dan satu jam setelah pertandingan. 

Namun kebijakan ini direvisi, dan Budweiser hanya diizinkan menjual bir di zona FIFA FAN Fest di pusat Kota Doha dan lokasi hiburan tertentu.

Larangan ini memicu protes dari penggemar sepak bola yang datang langsung ke Qatar. Penggemar asal Ekuador misalnya, ramai-ramai menyerukan “Kami ingin bir” saat menyaksikan tim nasional mereka melawan tuan rumah Qatar. 

Hal ini menunjukkan adanya ketegangan antara aturan lokal dan kebiasaan penggemar internasional.

Baca Juga: “12 Kontroversi Piala Dunia dari Masa ke Masa

4. Kontroversi Piala Dunia 2022: Isu Penonton Bayaran

Selain dugaan pemalsuan jumlah penonton, Qatar juga diisukan membayar penggemar sepak bola untuk memosting hal positif tentang Piala Dunia 2022. 

Media Jerman DW dan media Belanda NOS melaporkan bahwa beberapa penggemar internasional mendapatkan biaya perjalanan termasuk penerbangan dan hotel untuk mendukung citra turnamen di media sosial.

Supreme Committee (SC), yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Piala Dunia 2022, mengonfirmasi bahwa program ini memang ada. 

Hal ini menimbulkan perdebatan tentang integritas dan keaslian pengalaman penonton di turnamen yang seharusnya menjadi ajang kompetisi olahraga murni.

5. Isu LGBT 

Salah satu kontroversi paling hangat datang dari isu LGBT. Di Qatar, hubungan sesama jenis dan seks di luar pernikahan dianggap ilegal dan bisa berujung pada hukuman pidana. 

Hal ini memicu kekhawatiran bagi para penggemar sepak bola dari negara-negara Eropa yang menekankan hak-hak kelompok LGBT.

Beberapa tim nasional Eropa yang berlaga di Piala Dunia 2022 sempat mempertimbangkan untuk mengenakan armband “OneLove” sebagai simbol dukungan terhadap hak-hak LGBTQ.

Namun, mereka akhirnya membatalkan rencana itu setelah mendapat peringatan dari FIFA bahwa aksi tersebut bisa dihukum.

Sebagai bentuk protes terhadap tekanan FIFA, timnas Jerman melakukan pose bungkam mulut saat sesi foto sebelum pertandingan melawan Jepang pada 24 November 2022. 

Aksi ini menjadi simbol bahwa beberapa pihak merasa dibungkam dalam mengekspresikan solidaritas terhadap isu hak asasi manusia.

6. Kontroversi Piala Dunia 2022: Isu Pelanggaran HAM 

Sejumlah media melaporkan perlakuan buruk terhadap ribuan pekerja migran yang membangun infrastruktur Piala Dunia 2022. 

CNN, misalnya, mewawancarai seorang pekerja Nepal bernama Kamal yang mengaku belum menerima bonus yang dijanjikan dan sempat dipenjara tanpa alasan jelas.

Kamal menceritakan: “Saya tidak diberitahu mengapa saya ditangkap. Orang-orang hanya berdiri di sana … ada yang berjalan dengan belanjaan mereka, ada yang hanya duduk sambil merokok … saya ditangkap tanpa tahu apa yang terjadi.”

Otoritas Qatar membantah laporan tersebut dan menyatakan tindakan hanya diambil pada kasus ekstrem, seperti kekerasan. 

Namun laporan lain dari The Guardian menyebut sejak Qatar terpilih menjadi tuan rumah pada 2010, sekitar 6.500 pekerja migran Asia Selatan meninggal, sebagian besar akibat pekerjaan berbahaya di suhu ekstrem. Kontroversi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang etika penyelenggaraan Piala Dunia.

Piala Dunia 2022 memang mencatat sejarah sebagai turnamen pertama di Timur Tengah, tetapi kontroversi yang muncul menunjukkan bahwa pesta sepak bola terbesar di dunia tidak lepas dari isu politik, sosial, dan etika. 

Mulai dari hak LGBT, perlakuan terhadap pekerja migran, larangan alkohol, boikot selebriti, hingga dugaan manipulasi data penonton dan pengaruh media sosial, semua hal ini menambah warna drama di balik layar turnamen.

Meski kontroversi mewarnai Piala Dunia Qatar, ajang ini tetap menghadirkan sepak bola berkualitas dan momen-momen tak terlupakan bagi penonton global. 

Kontroversi-kontroversi ini juga menjadi pengingat bahwa olahraga tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial dan politik, dan setiap edisi Piala Dunia selalu meninggalkan cerita yang lebih dari sekadar skor di papan pertandingan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *