6 Kontroversi Piala Dunia 2018 Paling Panas

Kontroversi Piala Dunia 2018

Kontroversi Piala Dunia 2018 – Piala Dunia 2018 di Rusia menjadi salah satu edisi yang paling seru dan penuh kontroversi dalam sejarah sepak bola modern. 

Mulai dari keputusan wasit yang dipertanyakan, selebrasi kontroversial pemain, hingga aksi protes politik yang mencuri perhatian dunia, turnamen ini tidak hanya menghadirkan gol-gol spektakuler tetapi juga cerita-cerita di balik layar yang tak kalah heboh.

Selain sebagai ajang olahraga terbesar di dunia, Piala Dunia 2018 juga menjadi cermin bagaimana sepak bola bisa bersinggungan dengan isu politik, sosial, dan budaya. Berikut ini rangkuman kontroversi Piala Dunia 2018 yang bikin publik heboh.

Kontroversi Piala Dunia 2018 yang Menghebohkan

1. VAR kontroversial dan keputusan wasit yang diperdebatkan

Piala Dunia 2018 menjadi ajang pertama yang menerapkan teknologi video assistant referee (VAR) secara penuh di semua pertandingan. 

FIFA menilai penggunaan VAR sukses, terutama untuk keputusan faktual seperti offside dan identitas pemain, tetapi kontroversi tetap muncul.

Beberapa keputusan dianggap tidak konsisten. Misalnya, pada laga Portugal vs Iran, Iran mendapatkan penalti karena handball Cedric Soares, sementara di pertandingan Nigeria vs Argentina, handball Marcos Rojo tidak diberikan penalti meski direview VAR. 

Kasus lain saat final Prancis vs Kroasia, Antoine Griezmann dijatuhkan meski beberapa analis berpendapat ia sudah jatuh sebelum kontak terjadi, yang kemudian berujung pada gol bunuh diri Mario Mandžukić.

Kritik lain muncul karena VAR dianggap hanya menguntungkan tim besar, sementara banyak keputusan subjektif seperti penalti atau disiplin pemain tetap kontroversial. 

Beberapa fans bahkan menuding VAR tidak transparan karena tim tidak tahu insiden mana yang ditinjau.

2. Kontroversi Piala Dunia 2018: Swiss dan selebrasi politik kontra Serbia

Saat Swiss mengalahkan Serbia 2-1, pemain Xherdan Shaqiri dan Granit Xhaka merayakan gol dengan gesture elang berkepala dua yang identik dengan nasionalisme Albania, karena kedua pemain memiliki darah Kosovar Albania. Gestur ini memicu kemarahan beberapa media Serbia dan dipandang sebagai simbol politik.

FIFA kemudian menindak kedua pemain dengan denda 10.000 franc Swiss masing-masing, meski sebagian penggemar Albania mengumpulkan dana untuk membayar denda tersebut.

Insiden ini memicu perdebatan tentang batas antara ekspresi identitas dan aturan disipliner FIFA, serta menunjukkan bagaimana sepak bola bisa memunculkan simbol politik sensitif.

3. Protes Pussy Riot saat final Prancis vs Kroasia

Piala Dunia 2018 juga diwarnai aksi politik di lapangan. Kelompok punk feminis Rusia, Pussy Riot, menyerbu lapangan selama 25 detik saat final Prancis melawan Kroasia sebagai bentuk protes terhadap pelanggaran HAM. 

Aksi ini menjadi sorotan dunia dan menunjukkan bagaimana even olahraga global bisa menjadi platform untuk isu politik.

Meskipun awalnya ada kekhawatiran terkait boikot karena kasus keracunan Salisbury, aksi Pussy Riot tetap menjadi momen kontroversial yang mencuri perhatian media internasional dan publik.

4. Kontroversi Piala Dunia 2018: Dugaan korupsi pemilihan tuan rumah Rusia

Kontroversi pemilihan Rusia sebagai tuan rumah sudah muncul sejak laporan Garcia pada 2014, yang membersihkan Rusia dan Qatar dari tuduhan korupsi dalam proses bidding Piala Dunia 2018 dan 2022. 

Namun, beberapa pihak seperti English FA dan Presiden DFL Reinhard Rauball menilai laporan itu tidak transparan dan menuntut penyelidikan ulang.

Beberapa tokoh FIFA sendiri menyatakan jika terbukti pemilihan Rusia dan Qatar karena pembelian suara, penghargaan tuan rumah bisa dibatalkan. 

Isu ini tetap menjadi salah satu kontroversi terbesar yang membayang-bayangi turnamen sejak awal.

Baca Juga: “12 Kontroversi Piala Dunia dari Masa ke Masa

5. Selebrasi Kroasia terhadap Rusia dan kontroversi politik

Setelah mengalahkan Rusia, pemain Kroasia Domagoj Vida dan asisten pelatih Ognjen Vukojević merayakan kemenangan dengan slogan “Glory to Ukraine!” yang diadopsi kelompok nasionalis Ukraina. 

Selain itu, Vida juga sempat mengatakan “Belgrade is on fire!”, yang kemudian menimbulkan kontroversi karena dianggap merujuk pada Serbia.

FIFA menindak Vida dengan peringatan resmi, sementara Vukojević didenda 15.000 franc Swiss dan dikeluarkan dari staf pelatih. 

Insiden ini memperlihatkan bagaimana selebrasi pemain bisa memicu debat politik internasional dan interpretasi yang berbeda di media.

6. Kontroversi Piala Dunia 2018: Fans Meksiko dan chants homofobia

Saat pertandingan grup Jerman vs Meksiko, fans Meksiko mengejek kiper Jerman, Manuel Neuer, dengan chant “puto”, istilah homofobia yang merendahkan pria. 

FIFA menjatuhkan denda 10.000 franc Swiss kepada Federasi Sepak Bola Meksiko karena ini bukan pertama kalinya mereka melanggar aturan anti-gay.

Striker Meksiko, Javier Hernández, sempat meminta fans melalui Instagram untuk tidak menggunakan kata tersebut lagi. 

Kasus ini menyoroti bagaimana fan culture yang kasar bisa menjadi kontroversi internasional dan berdampak pada citra turnamen.

Kesimpulan

Piala Dunia 2018 bukan hanya tentang sepak bola, tapi juga tentang politik, teknologi, dan budaya yang saling bertabrakan. 

Mulai dari VAR yang kontroversial, selebrasi berbau politik, aksi protes Pussy Riot, dugaan korupsi pemilihan tuan rumah, hingga chants homofobia fans, semuanya menambah warna drama turnamen.

Kontroversi ini mengingatkan bahwa sepak bola selalu lebih dari sekadar gol dan kemenangan; ia juga cermin sosial dan politik dunia. 

Meski demikian, turnamen ini tetap menghadirkan momen-momen mengesankan, dan kisah kontroversialnya akan selalu menjadi bagian dari sejarah Piala Dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *