5 Kontroversi Piala Dunia 2002

Kontroversi Piala Dunia 2002

Kontroversi Piala Dunia 2002 – Piala Dunia selalu punya kisahnya sendiri. Ada yang penuh kemegahan, ada yang sarat dengan kejutan manis, dan ada juga yang menyisakan rasa getir. 

Tahun 2002 adalah momen yang sangat spesial karena untuk pertama kalinya, turnamen ini diadakan di benua Asia.

Jepang dan Korea Selatan mendapatkan kehormatan besar sebagai tuan rumah bersama. Secara atmosfer, Piala Dunia 2002 memang terasa istimewa—stadion megah, suporter fanatik, dan pertandingan-pertandingan seru.

Namun, di balik gegap gempita itu, ada bayang-bayang kontroversi yang begitu pekat. Kontroversi Piala Dunia 2002 justru menjadi topik yang terus dibicarakan hingga bertahun-tahun setelah turnamen usai. 

Sorotan utamanya mengarah kepada Korea Selatan, salah satu tuan rumah, yang berhasil melaju ke semifinal. 

Sayangnya, perjalanan mereka dipenuhi keputusan wasit yang memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar, pemain, hingga media internasional.

5 Kontroversi Piala Dunia 2002 yang Menghebohkan Dunia

Banyak pengamat menilai edisi 2002 adalah salah satu yang paling bermasalah dalam sejarah Piala Dunia. 

Keputusan-keputusan wasit dalam beberapa pertandingan dianggap memengaruhi jalannya kompetisi, bahkan mengubah hasil akhir. 

Berikut adalah momen-momen paling panas yang membuat turnamen ini diingat bukan karena permainan indahnya, tapi karena dramanya.

1. Kontroversi Piala Dunia 2002: Dua Pemain Portugal Diusir Saat Melawan Korea Selatan

Drama pertama muncul di laga terakhir Grup D. Portugal datang dengan status favorit, mengandalkan pemain bintang seperti Luís Figo, Rui Costa, dan Pauleta. 

Mereka hanya butuh hasil imbang untuk bisa lolos, sementara Korea Selatan membutuhkan kemenangan untuk mengamankan tiket babak 16 besar.

Namun, harapan Portugal mulai runtuh ketika wasit mengeluarkan kartu merah untuk Beto dan Joao Pedro. 

Beto diusir pada menit ke-27 setelah dianggap melakukan pelanggaran keras, padahal tayangan ulang menunjukkan kontaknya minim dan cenderung wajar dalam duel perebutan bola. 

Joao Pedro menyusul keluar pada menit ke-66 karena akumulasi kartu kuning yang kontroversial.

Dengan sembilan pemain di lapangan, Portugal harus bertahan mati-matian. Tapi pada menit ke-70, Park Ji-sung berhasil memanfaatkan peluang emas untuk mencetak gol tunggal. 

Hasil ini membuat Korea Selatan melaju sebagai juara grup, sementara Portugal tersingkir lebih cepat dari yang diprediksi banyak pihak.

2. Penalti Kontroversial di Menit ke-4 Melawan Italia

Memasuki babak 16 besar, Korea Selatan menghadapi Italia yang diperkuat deretan pemain top seperti Paolo Maldini, Francesco Totti, dan Alessandro Del Piero. Pertandingan ini langsung memanas sejak menit awal.

Hanya empat menit berjalan, wasit Byron Moreno menunjuk titik putih untuk Korea Selatan setelah Kim Tae-young dijatuhkan di kotak penalti. 

Banyak pihak menilai kontak tersebut sangat minim, bahkan beberapa komentator menyebutnya “hadiah penalti”. 

Untungnya bagi Italia, Gianluigi Buffon tampil sigap dan berhasil menggagalkan eksekusi Ahn Jung-hwan.

Meski penalti itu tak berbuah gol, keputusan ini menambah ketegangan pertandingan dan membuat tim Italia bermain lebih waspada, sekaligus lebih frustrasi terhadap kepemimpinan wasit.

Baca Juga: “Final Piala Dunia 2002: Duel Penyerang Terbaik vs Tembok Kokoh

3. Kontroversi Piala Dunia 2002: Kartu Kuning Kedua untuk Francesco Totti

Pertandingan berlangsung ketat hingga berakhir 1-1 di waktu normal, memaksa laga dilanjutkan ke perpanjangan waktu. 

Di sinilah puncak drama terjadi. Pada menit ke-105, Francesco Totti terjatuh di kotak penalti Korea Selatan setelah duel dengan pemain belakang lawan.

Alih-alih mendapatkan penalti, Totti justru dituduh melakukan diving dan diganjar kartu kuning kedua. 

Keputusan ini sangat kontroversial karena tayangan ulang memperlihatkan adanya kontak yang cukup jelas. 

Dengan kartu merah ini, Italia harus bermain dengan 10 orang di momen krusial, sementara Korea Selatan semakin percaya diri menekan.

4. Gol Damiano Tommasi Dianulir

Italia sebenarnya sempat mencetak gol kemenangan melalui Damiano Tommasi di babak perpanjangan waktu. Sayangnya, gol tersebut dianulir karena dianggap offside.

Keputusan ini kembali memicu protes keras dari kubu Italia. Giovanni Trapattoni, sang pelatih, sampai meluapkan emosinya di pinggir lapangan, bahkan melempar botol minum. 

Kesalahan ini terasa semakin berat ketika Korea Selatan akhirnya memastikan kemenangan lewat golden goal Ahn Jung-hwan di menit ke-117, yang langsung menyingkirkan Italia dari turnamen.

5. Dua Gol Spanyol Dianulir di Perempat Final

Kontroversi tidak berhenti di laga melawan Italia. Pada babak perempat final, Korea Selatan bertemu Spanyol yang diperkuat pemain bintang seperti Fernando Hierro, Raúl González, dan Iker Casillas. 

Spanyol tampil dominan dan sempat mencetak dua gol yang seharusnya sah, tetapi keduanya dianulir wasit.

Gol pertama dianulir karena hakim garis menilai bola sudah keluar lapangan sebelum Joaquín mengirimkan umpan, padahal tayangan ulang menunjukkan bola masih berada di dalam garis.

Gol kedua dianulir karena dianggap terjadi pelanggaran, meski banyak yang merasa keputusan itu terlalu berlebihan.

Pertandingan pun berlanjut ke adu penalti, di mana Spanyol kalah 5-3. Hasil ini memastikan Korea Selatan melangkah ke semifinal, sebuah pencapaian bersejarah namun dibayangi aroma kontroversi yang kuat.

Hingga kini, kontroversi Piala Dunia 2002 tetap menjadi bahan perdebatan sengit. Banyak yang menganggap jalannya turnamen sudah dipengaruhi keputusan-keputusan yang tidak fair, bahkan sebagian menduga ada unsur pengaturan pertandingan, meski bukti konkret tak pernah muncul secara resmi.

Yang jelas, momen-momen panas itu menjadi pengingat bahwa dalam sepak bola, bukan hanya kualitas pemain dan strategi pelatih yang menentukan hasil akhir. 

Keputusan wasit di momen-momen penting juga bisa mengubah sejarah, bahkan menentukan siapa yang akan dikenang sebagai pemenang dan siapa yang akan pulang dengan kekecewaan.

Piala Dunia 2002 pun meninggalkan catatan ganda: di satu sisi, euforia Asia yang berhasil menjadi tuan rumah; di sisi lain, noda hitam yang akan terus dikenang dalam sejarah olahraga ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *