Kartu Merah di Piala Dunia 2022 – Piala Dunia 2022 di Qatar menghadirkan banyak momen dramatis, bukan hanya soal gol atau adu strategi, tetapi juga keputusan wasit yang berujung pada kartu merah.
Kartu merah di Piala Dunia 2022 sejauh ini menjadi topik yang cukup hangat karena hanya beberapa kali dikeluarkan, namun tetap menimbulkan dampak besar bagi jalannya pertandingan maupun posisi klasemen tim.
Bagi yang mengikuti turnamen, tentu ingat bagaimana satu kartu merah bisa mengubah jalannya laga, menekan mental tim, hingga berimbas pada skorsing yang memengaruhi strategi di laga berikutnya.
Mari kita bahas secara detail tentang momen, aturan, hingga konsekuensi dari kartu merah di ajang empat tahunan ini.
Kartu Merah di Piala Dunia 2022: Momen dan Aturan Penting
1. Kartu Merah Pertama di Piala Dunia 2022
Kartu merah pertama di Piala Dunia 2022 diberikan kepada kiper Wales, Wayne Hennessey, dalam laga fase grup melawan Iran.
Pada menit ke-87, Hennessey melakukan pelanggaran keras terhadap Mehdi Taremi di luar kotak penalti.
Wasit langsung mengeluarkan kartu merah karena aksinya dianggap berbahaya dan menghalangi peluang emas Iran untuk mencetak gol.
Dampaknya terasa instan. Wales harus bermain dengan 10 orang, dan Iran berhasil memanfaatkan situasi itu dengan mencetak dua gol di masa injury time.
Hasilnya, Wales kalah 0-2, dan peluang mereka untuk melangkah ke fase berikutnya makin berat. Dari kasus ini terlihat jelas bahwa kartu merah bisa menjadi titik balik pertandingan.
2. Kartu Merah Kedua
Uniknya, kartu merah kedua tidak diberikan kepada pemain, melainkan pelatih. Paulo Bento, pelatih Korea Selatan, mendapat kartu merah usai pertandingan melawan Ghana.
Wasit Anthony Taylor mengeluarkan kartu merah setelah Bento melakukan protes keras terkait keputusan wasit menghentikan laga di menit ke-111 tanpa memberi kesempatan bagi Korea Selatan melakukan sepak pojok.
Meskipun terjadi setelah laga berakhir, keputusan tersebut tetap sah menurut regulasi FIFA. Akibatnya, Paulo Bento harus absen mendampingi timnya di laga krusial melawan Portugal.
Kasus ini menjadi contoh bahwa kartu merah tidak hanya berlaku untuk pemain di lapangan, tetapi juga untuk pelatih dan ofisial tim.
Baca Juga: “Kartu Merah Kontroversial dalam Sejarah Piala Dunia“
3. Jenis Pelanggaran Kartu Merah di Piala Dunia 2022
Berdasarkan Law of the Game dari IFAB yang dirujuk FIFA, ada beberapa jenis pelanggaran yang bisa berujung pada kartu merah. Beberapa di antaranya adalah:
- Menerjang lawan dengan kekuatan berlebihan.
- Mengangkat kaki terlalu tinggi dan membahayakan lawan.
- Melakukan pelanggaran serius yang menghalangi peluang mencetak gol.
- Tindakan tidak sportif seperti memukul, mendorong, atau menyerang lawan.
- Protes keras atau sikap provokatif terhadap wasit dan perangkat pertandingan.
Dalam kasus Wayne Hennessey, ia diganjar kartu merah karena melakukan pelanggaran keras yang membahayakan lawan sekaligus menghalangi peluang gol.
Sedangkan Paulo Bento dikenai kartu merah karena protes yang dianggap berlebihan terhadap keputusan wasit.
4. Dampak Kartu Merah Klasemen
Hal yang menarik dari kartu merah di Piala Dunia 2022 adalah dampaknya tidak hanya terasa di satu pertandingan, tetapi juga bisa berpengaruh pada klasemen grup.
FIFA menerapkan aturan fair play yang menghitung jumlah kartu kuning dan kartu merah sebagai kriteria tambahan jika dua tim memiliki poin, selisih gol, dan jumlah gol yang sama.
Skema perhitungannya adalah:
- 1 kartu kuning: minus 1 poin.
- 2 kartu kuning (di laga berbeda hingga jadi merah): minus 3 poin.
- 1 kartu merah langsung: minus 4 poin.
- 2 kartu kuning dalam satu laga (berujung merah tidak langsung): minus 5 poin.
Aturan ini sempat hampir diterapkan di Grup C ketika Polandia dan Meksiko memiliki poin yang sama.
Andai skor di laga terakhir berbeda sedikit saja, jumlah kartu kuning dan kartu merah bisa menentukan siapa yang lolos ke babak gugur.
5. Skorsing
Setiap kartu merah otomatis berujung pada skorsing minimal satu pertandingan, dan sanksi ini tidak bisa dihapuskan.
FIFA baru akan melakukan pemutihan untuk kartu kuning setelah babak perempat final, tetapi aturan tersebut tidak berlaku untuk kartu merah.
Dengan kata lain, siapa pun yang mendapat kartu merah di fase grup atau babak gugur tetap harus absen di pertandingan berikutnya.
Dari uraian di atas, jelas bahwa kartu merah di Piala Dunia 2022 bukan sekadar selembar kartu berwarna merah yang diangkat wasit.
Ia membawa konsekuensi besar: mulai dari mengubah jalannya pertandingan, mengurangi kekuatan tim, memberi skorsing pada pemain atau pelatih, hingga memengaruhi klasemen grup melalui aturan fair play.
Momen kartu merah Hennessey dan Paulo Bento menjadi pengingat bahwa di Piala Dunia, setiap tindakan —baik di dalam maupun di luar lapangan— harus dijalankan dengan disiplin tinggi. Sebab, di turnamen sebesar ini, detail sekecil apa pun bisa menentukan langkah sebuah tim: apakah mereka pulang lebih cepat, atau terus melaju mendekati trofi emas yang didambakan semua negara.